"..Aku harus belajar menerima bahwa perasaan bahagia terkadang bisa datang satu paket dengan perasaan kecewa. Bagai dua sisi mata uang, ketika mereka datang menyapa, dan aku menyambut dengan baik maka aku harus menerima kedua sisi tersebut, tidak bisa hanya salah satunya. Aku harus belajar menerima bahwa terkadang yang terlihat dengan mata hanyalah sebuah proyeksi dan bukan yang sebenarnya terjadi. Aku harus belajar menerima bahwa ketidakpastian dan ketidaknyamanan adalah keniscayaan yang akan selalu hadir selama kita masih bertugas di dunia."
Satu hal yang aku senangi saat aku menulis adalah di masa depan aku bisa kembali membukanya. Membuka kembali berbagai memori yang membuat kepala kembali bising dengan cerita-cerita yang kembali diputar. Jika kamu pernah membaca tulisanku, benar, kutipan di atas adalah kataku, pada dua tahun yang lalu.
Tidak terasa, ternyata yang aku perhatikan, perasaan akan selalu datang berulang, ya. Entahlah mungkin sebuah keniscyaan bahwa segala jenis rasa akan kembali hadir walaupun di setiap masanya mereka datang dengan versi yang berbeda. Tebakanmu mungkin benar, kembali menulis dengan memaknai kata sendiri adalah rangkaian cerita kehidupan ketika aku kembali merasakan perasaan yang sama.
Hari ini, aku harus kembali belajar atau mungkin justru seharusnya ini waktunya aku mengaplikasikan hal yang telah aku pelajari. Hari ini adalah waktunya aku harus kembali menerima bahwa perasaan bahagia yang datang ternyata memang benar-benar datang satu paket dengan perasaan kecewanya. Tidak pernah menyesal aku rasa, memang begitulah kehidupan berjalan, bukan?
Hingga kembali datang waktu merenung, maka bukanlah beragam tweet gemas atau video-video manis dari influencer yang didatangi, melainkan diri sendiri. Membuka tulisan lama, adalah membuka kembali diri, melihat lebih dalam, lalu diingatkan. Harapan itu akan selalu ada, kembali lagi seperti kataku pada tulisanku sebelumnya, bahwa kelak kita akan disadarkan, segala ketidaknyamanan ini akan ada nilainya. Semoga :)
Tapi sering pula frekuensi kekecewaan lebih dirasakan dibandingkan kebahagiaan, atau hanya diri yang masih jauh dan kurang untuk memperbanyak frekuensi bersyukur.
BalasHapus