Aku cukup berkaca-kaca, waktu baca tulisan terakhir di blog ini. Ternyata, keresahan demi keresahan selalu datang silih berganti setiap waktunya seiring perjalanan aku bertumbuh menjadi manusia.
Masa-masa setelah lulus kuliah, ternyata masa yang lebih sulit dibanding semua idea yang aku punya dulu. Nyatanya, aku tidak bisa berbohong masa setelah tahun 2021, menjadi masa-masa sulit, dan berat. Aku jadi sering jatuh, dan rapuh. Bahkan kalau detik ini, waktu aku menulis ini, aku diminta menonton film yang isinya kisah hidupku di tahun lalu, aku pasti keluar bioskop dengan mata jengkol.
Berhubung sekarang sedang ada di akhir tahun 2023 jadi akan lebih relate, kalau ceritanya kita recap hal-hal yang terjadi di tahun ini mungkin ya?
Beberapa hari yang lalu aku menulis di X (dulu Twitter), bahwa aku merasa tahun 2023 ini baru dimulai dari bulan Juni. Bulan-bulan sebelumnya? aku merasa tidak hidup, atau merasa bahwa Annisa yang di sana bukanlah Annisa yang sebenarnya.
Jujur, penyesalan demi penyesalan selalu datang menghantui setiap malamnya.
"Kenapa? kenapa ya Allah aku harus mengalami ini?"
"Kenapa? kenapa ya Allah orang lain bisa baik-baik aja? Aku yang nggak pernah aneh-aneh selama ini, kenapa harus mengalami kejadian-kejadian seberat ini?"
Kebayang nggak sih? setiap malam pikiran itu selalu ada di kepalaku. Tahun 2022 sampai 2023 sebelum bulan Juni itu, aku merasa semua gelap. Pokoknya gelap saja.
Tahun 2022 aku juga mengalami bertubi-tubi masalah, di awal 2023 aku berusaha menerima segala yang menimpaku, tapi kok ya Allah.. aku dikasih lagi jalan hidup yang nggak mulus ya, di tahun ini?hingga akhirnya aku sadar bahwa setiap manusia, berjalan pada orbitnya masing-masing (padahal pernah nulis ini). Hidup Annisa mungkin tidak semulus yang lain, yang padahal juga nikmat yang Annisa miliki mungkin saja tidak dimiliki orang lain. Keyakinan bahwa semua sudah Allah aturkan porsinya menjadi sesuatu yang menyadarkan bahwa biarkanlah penyesalan itu diam di tempatnya. Sementara, aku berhak untuk tetap berjalan meninggalkan penyesalan tersebut yang tidak wajib aku hilangkan.
Tepat di Desember 2022, satu tahun yang lalu, aku datang ke tempat yang mungkin sejak kecil, tidak pernah aku bayangkan akan menjadi tempatku menceritakan masalahku yang tidak ada penyelesaiannya. Setelah pulang dari sana, aku tetap tidak menemukan jawaban atas masalahku. Ternyata memang jawabannya tidak ada di mana-mana. Jawabannya ada di dalam, di dalam diriku yang telah lama aku tinggalkan untuk sesuatu yang entahlah apa itu namanya.
"Nggak, Annisa. Hal yang tidak mau kamu terima, tidak usah kamu terima." kira-kira begitu ungkapan yang aku dengar, saat aku berada di tempat itu. Mungkin aku terlambat menyadari makna itu, hingga akhirnya semua jawaban atas keresahan, dan pertanyaan diriku untuk diriku sendiri terjawab, dan tidak ada perasaan yang bisa mengalahkan perasaan syukur bahwa akhirnya Annisa bisa kembali menemukan dirinya yang asli. Bahwa pada akhirnya, dirinya sendiri yang menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besarnya.
Perlahan demi perlahan, mimpi-mimpiku dirakit lagi. Tentu, aku tidak mau menggunakan kayu bekas perahu rakit yang sebelumnya aku pakai. Biarkan kayu-kayu bekas itu hanyut dibawa aliran air sungai, bermuaranya akan kemana biarlah bukan lagi urusanku. Kewajibanku adalah kembali berdiri, merangkai lagi mimpiku dari awal.
Masih banyak sebenarnya yang ingin aku tulis, tapi kok jadi emosional banget ini ya. Dadaku terlalu sesak untuk melanjutkan, rasanya campur aduk. Sedih, haru, sesal, semua bercampur dengan besarnya rasa syukur karena setelahnya kebahagiaan juga menyusul sedikit demi sedikit. Kupu-kupu mampir lagi di perutku, senyum simpul kembali lagi menempel di wajahku, juga harapan-harapan akan kehidupan di dunia yang lebih baik juga kembali hadir di kepalaku sebelum aku tidur.
Semoga harapan-harapan itu perlahan membawaku ke tujuanku. Tujuan menjalani hidup sebagaimana mestinya aku diciptakan. Jadi.. nanti aku kembali lagi, ya! Menceritakan lagi hal-hal yang semoga nanti lebih banyak membuat kamu senyum-senyum.
Komentar
Posting Komentar