Banyak
hal yang terjadi yang menjadi dasar dari tulisannya. Sedikit kegelisan dan
kebingungan seorang mahasiswi tingkat pertama yang lelah dengan doktrin-doktrin
dari berbagai penjuru.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku
sendiri tidak tahu, apa karena aku seorang burung yang baru keluar dari sangkar
sehingga aku kaget melihat luas dan tingginya langit, aku merasa takut dan
merinding melihat keadaan lingkunganku sekarang. Berbagai sisi lingkunganku
seolah tidak dapat terbendung dalam menerima berbagai pendapat dan asumsi yang
belum tentu dapat terbukti kebenarannya. Ya memang demikian, tidak dapat
dikatakan benar atau salah semua pendapat itu abu-abu, bahkan tak jelas
warnanya apa. Namun, terkadang hal tersebut banyak pendukungnya, banyak yang
membesar-besarkannya. Aku setuju dengan pendapat salah satu temanku, kita
berada di zaman dikit-dikit viral.
Bagiku
zaman ini bukan hanya sekedar zaman dikit-dikit viral, melaikan zaman
provokatif. Berbagai pendapat, asumsi, dan opini bertebaran dimana-mana. Itu
semua ibarat debu yang siap kita hirup dan tanpa sadar kita bersin. Sedikitnya
kita akan meng-iya-kan pendapat-pendapat yang kita lihat, atau menghujatnya
habis-habisan. Terkadang pikiran kita kosong, namun saat diilhami oleh opini
seseorang kita pun dengan mudah terprovokasi.
Sedikit-sedikit
orang mengomentari keadaan dan fenomena yang terjadi di sekitarnya, dia
mengatakan A, mengatakan B sampai Z. Maksudnya ingin menyampaikan opini,
kata-kata bijak dibungkus dengan opini yang dipandang berkelas menjadi sebuah
tulisan yang akhirnya tersebar kemana-kemana. Opini tersebut dikomentari ada
yang pro dan ada yang kontra, bagi yang tidak mengerti terjadi pergolakan batin
sebab keduanya memiliki argumen yang sama-sama kuat. Lagi-lagi si awam yang
belum mengerti apa-apa terprovokasi, baik oleh si pro maupun oleh si kontra.
Doktrin menyebar dengan tidak jelas masalahnya apa.
Kegelisahanku
bukanlah karena kemajuan berpikir anak-anak bangsa peka terhadap masalah sosial
yang makin hari kian mengkhawatirkan. Namun, lebih kepada masyarakat yang belum
punya filter yang kuat dengan argumen-argumen yang ada. Terkadang
pendapat-pendapat tersebut belum bisa dibuktikan validitasnya, namun akhirnya
dapat viral kemana-kemana karena hal tersebut dibungkus kata-kata yang indah.
Disitulah letak kegelisahanku, yang terkadang kurang update terhadap berbagai berita dan isu-isu terkini, begitu banyak
doktrin-doktrin dari luar yang memaksaku untuk menyetujuinya sebab apa yang
mereka katakan benar-benar make sense.
Pantas saja berita-berita bohong banyak sekali bertebaran sebab kini orang yang
tak ahli pun dapat dengan mudah menyusun kata-kata indah untuk membodohi orang
lain.
Sedikit-sedikit
orang mudah berdebat. Merasa pendapatnya paling benar, dan menyalahkan orang
lain. Atau mungkin merasa dirinya selalu disalahkan, karena pendapatnya di
tentang oleh kebenaran. Ada yang membenci orang lain secara subjektif, membenci
orang lain karena hal yang sebenarnya orang lain pun tak tahu mengapa ia
demikian. Contohnya saja fisik, kebiasaan refleks, dan lain sebagainya. Banyak
orang yang tidak disukai karena fisiknya, atau mungkin karena kebiasaan refleks
yang ia pun tak mengerti mengapa ia dilahirkan seperti itu. Kebencian
disebarkan hingga akhirnya muncul kebencian-kebencian baru. Ikut benci kepada
orang yang dibenci, atau malah membenci si pembenci. Pada akhirnya, kita terpecah
belah bahkan dengan seseorang yang tidak pernah kita temui sama sekali.
Ada
yang benar-benar ingin berpendapat mengemukakan kegelisahan. Namun, ada juga
yang berpendapat untuk mencari dukungan. Setiap individu memiliki idealismenya
masing-masing dan tentunya ia berpendapat hal tersebut benar untuk dirinya
sehingga ia mempertahankan pandangannya tersebut. Namun kini terkadang orang
cenderung membenarkan idealismenya, padahal pemikiran kita belum tentu
sepenuhnya benar, ya dan mungkin tidak sepenuhnya juga salah. Aku rindu kita
semua jalan beriringan, tidak seperti sekarang memaksakan pandangan kita agar
orang lain ikut juga. Mengapa harus saling menyindir? Mengapa harus saling
mengomentari hal yang tidak perlu dikomentari ? Apa sulit untuk diam dan
menelan rasa penasaran apabila hal tersebut akan membawa masalah besar. Kini
harus beribu kali berpikir sebelum berbicara, kebebasan berpendapat bukanlah
kebebasan untuk memberikan komentar yang menjatuhkan. Mengapa tidak membiarkan
kita semua berjalan bersama di kendaraan masing-masing, selama tidak menabrak. Mengapa
harus saling sinis satu sama lain karena ia tidak sependapat ?
Tidaklah
sulit untuk tidak membenci, jangan pandang kebencian dengan kebencian. Biarkanlah
mereka yang menebar kebencian, jangan malah ikut-ikutan membenci. Biarkanlah
mereka berjalan dengan aturan mereka, apabila itu buruk mari kita arahkan
dengan cara yang indah. Jangan memandang segala sesuatu dari kacamata negatif,
bukankah lebih indah bila kita melihat kebaikan dari setiap kejadian?. Bila
memaafkan sulit bagimu, akan lebih baik jika kamu menjauh sejenak dan berusaha
memaafkan, bukankah indah apabila kamu bisa berdamai dengan siapun termasuk
dengan hatimu. Melupakan kesalahan memanglah sulit, tetapi minimal kamu tetap
bisa menebar senyum sebagai pertanda maafmu.
Menurutku
kini, pandanglah segala sesuatu dengan indah. Sebab seburuk apapun keadaan akan
ada hal indah di dalamnya. Baik dan buruk bukanlah sekedar nilai melainkan
dengan itulah pandangan hidup kita terbentuk. Baik dan buruk adalah sesuatu
yang abstrak, kita tidak dapat sepenuhnya menilai hal tersebut. Akan tetapi,
bukankah jauh lebih indah apabila kita melihat hal-hal yang baik saja ? Hidup
kita akan jauh lebih berbunga-bunga. Membenci keburukan bukanlah sebuah solusi,
melainkan memunculkan masalah baru. Menjadikan kebencian sebagai pandangan
hidup, bukanlah sebuah langkah untuk mengkritisi melainkan bentuk lain dari
hanya melihat dari kacamata negatif. Memprovokasi bukanlah sebuah langkah untuk
membakar semangat, melainkan bentuk lain untuk memaksakan pandangan kita kepada
orang lain. Bangunlah pendirianmu agar tidak mudah diprovokasi dengan
ketidaksukaan terhadap suatu hal. Lihatlah dunia dengan indah, sebab hidupmu
akan kusut dan gelisah apabila terus menerus tenggelam dalam kekecewaan dan
ketidaksukaan.
SPREAD
LOVE, NO HATE!
To
be continued...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHal yang buruk tidak boleh dipandang indah. Justru kita mesti berjuang untuk mengubahnya.
BalasHapusJika semua pendapat dianggap sama. Dan dianggap setara. Lalu untuk apa ada banyak orang berjuang mengorbankan jiwa mereka untuk melawannya.
Hidup tenangkah? Atau ingin ikut ambil pusing dengan masalah yang ada?
Koreksi